Pages

Selasa, 23 Oktober 2012

"There is no Bad Soldiers, Only Bad Commanders"


Judul diatas merupakan moto militer Pak Harto yang dijabarkan pada buku ‘Pak Harto, The Untold Stories’

   Pada hakikatnya, semua manusia ditakdirkan untuk menjadi seorang pemimpin. Namun tidak semuanya memiliki kapabilitas untuk itu. Sebagai contohnya, Meskipun Indonesia sudah mengalami pergantian Presiden selama 7 kali, lalu apakah semua presiden pada setiap pergantian tersebut dapat dikatakan sukses memimpin Indonesia beserta segala permasalahan yang menyertainya? Apakah Pak Harto yam memimpin hampir 32 tahun lamanya dapat dikatakan sukses? Apakah Bapak Susilo Bambang Yudhoyono yang telah 10 tahun menjabat sebagai presiden dalam dua periode juga dapat dikatakan sukses?

  Tentu tolak ukur kesuksesan seorang pemimpin bukan terletak pada berapa lama ia menjabat atau seberapa kuat ia mempertahankan jabatannya. Tolak ukur kesuksesan pemimpin dapat dilihat dari seberapa mampukah ia mengayomi seluruh anggota/rakyatnya dalam segala situasi dan kondisi, seberapa besar pengaruh sikap dan kepemimpinannya terhadap tingkat penghormatan dan keseganan rakyat terhadap dirinya serta berapa jauh ia mampu membimbing dan membawa anggota/rakyatnya kepada kondisi/kehidupan yang lebih baik.

  Menjadi seorang pemimpin tentu tidak mudah. Bukan sekadar tentang kekuasaan dan penghormatan. Ada tanggung jawab besar yang harus diemban. Kewajiban yang harus dilakukan pun tak kalah besarnya. Bukan hanya menjadi, mencari dan memilih pun sama sulitnya. Kita tidak bisa asal menunjuk A atau B sebagai pemimpin tanpa pertimbangan dan pemikiran yang panjang. Demi menemukan sosok pemimpin yang tidak sekadar ditakdirkan sebagai pemimpin namun juga berkompeten untuk menjadi seorang pemimpin, maka dari itu, sangat diperlukan adanya pendidikan guna menumbuhkan atau mungkin mengasah jiwa kepemimpinan sejak dini. Mengapa perlu sedemikian rupa? Sebagai individu/organisasi/lembaga yang berorientasi pada masa depan, mempersiapkan apa-apa yang akan terjadi di masa yang akan datang adalah hal terpenting yang harus dilakukan.
Kita sebagai remaja merupakan calon penerus bangsa. Kelak, kelangsungan hidup negara ini akan sangat bergantung pada kita. Suka tidak suka, mau tidak mau. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mempersiapkan diri. Seperti pada kalimat diatas “Semua manusia ditakdirkan untuk menjadi seorang pemimpin. Namun tidak semuanya memiliki kapabilitas untuk itu”. Lalu, selagi masih muda dan ada cukup waktu, mengapa kita tidak mencari cara yang dapat mengetes apakah kita berkemampuan menjadi seorang pemimpin atau tidak? Seperti dengan ikut serta dalam majalah sekolah, menjadi pejabat kelas, organisasi maupun ekstrakulikuler. Dengan mengikut sertakan diri dalam kegiatan-kegiatan tersebut, kita dapat mengetahui sejauh mana kemampuan kita dalam memimpin. Kita akan dapat mempersiapkan diri dan menyusun rencana untuk berkontribusi lebih jauh dalam kemajuan bangsa ini di masa yang akan datang. Kita akan menjadi sosok yang visioner. Maka kita akan mudah mencari tahu kemana kita akan melangkah setelah ini, akan menjadi apakah kita pada masa yang akan datang, serta akan dalam bentuk apakah kita berkontribusi bagi negeri.

  Karena menjadi pemimpin sangatlah sulit, maka tidak sembarang orang bisa menjadi pemimpin. Seorang pemimpin haruslah visioner, memiliki ambisi, memiliki mental yang kuat, peka terhadap situasi, mampu mengayomi bawahannya, berkemampuan verbal yang baik serta yang terpenting, bertanggung jawab. Sulitnya bukan hanya sebatas pada menjalankan tugas dan program kerja, namun juga bagaimana membimbing bawahan serta mengkondisikan organisasi/lembaga agar tetap berjalan kondusif.
Lalu apa maksud kutipan kata-kata Pak Harto diatas?
Moto militer Pak Harto mengatakan bahwa tidak ada prajurit yang buruk, yang ada adalah pemimpin yang buruk. Hal lain yang dapat menjadi alasan mengapa menjadi pemimpin sulit adalah karena seorang pemimpin harus berjiwa besar. Seperti moto militer Pak Harto, seorang pemimpin harus siap menanggung kesalahan apabila ada bawahannya yang melakukan kesalahan. Sekalipun ia sama sekali tidak ikut campur dan tidak tahu-menahu. Mengapa harus demikian? Pemimpin merupakan pusat komando suatu organisasi/lembaga. Dalam prinsip managemen diterangkan, dimana salah satunya adalah kesatuan komando. Apakah kesatuan komando? Yaitu, segala kegiatan ataupun pekerjaan yang akan dilakukan oleh seseorang harus berdasarkan perintah yang diberikan pemimpin. Agar pekerjaan masing-masing orang tidak berantakan sehingga dapat mencapai tujuan organisasi/lembaga yang dikehendaki, maka semua kegiatan dan pekerjaan hanya akan dan harus bepusat dapa satu perintah, yaitu perintah pemimpin. Maka apabila terdapat kesalahan yang dilakukan oleh seorang bawahan maka pemimpin berhak disalahkan. Karena si bawahan tersebut hanya menerima satu perintah yang merupakan perintah dari si pemimpin. Jadi, mungkin terdapat kesalah-pahaman antar bawahan dan pemimpin ketika perintah diberikan atau mungkin si pemimpin kurang jelas membeberkan perintahnya sehingga menyebabkan si bawahan melakukan kesalahan.

   Mungkin diantara yang lain, menanggung kesalahan bawahan merupakan yang tersulit untuk dilakukan oleh seorang pemimpin. Karena pada dasarnya manusia cenderung menyalahkan orang lain, bahkan walaupun kesalahan tersebut terletak pada dirinya sendiri. Manusia cenderung berintrospeksi di kemudian hari. Maka hanya yang mampu menahan gengsi dan sifat dasar tersebut lah yang akan mumpuni menjadi seorang pemimpin yang berkapabilitas tinggi.

######

   Tidak semua orang mampu menjadi pemimpin. Tidak dapat disangkal, Semua orang pasti menginginkan kekuasaan dan penghormatan dari orang  lain terhadap dirinya. Tapi sayangnya, menjadi seorang pemimpin, urusannya tidak akan sedangkal itu. Urusan dan tugas pemimpin akan sangat banyak dan luas cakupannya. Maka, sangatlah dibutuhkan pemimpin yang mampu menjalankan urusan dan tugas yang banyak dan luasnya sampai mampu membuat putih rambut dengan mengkondisikan bawahan serta organisasi/lembaga yang dipimpinnya agar tetap kondusif secara bersamaan namun tetap seimbang. Serta satu kemampuan yang tidak kalah penting yang harus dimiliki pemimpin; kemampuan memisahkan antara urusan dan permasalahan pribadi dengan tugas dan kewajiban sebagai pemimpin.

  Semua orang berhak menjadi pemimpin. Tuhan pun menakdirkan begitu. Namun tidak semuanya berkemampuan untuk itu. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk terus mengasah kemampuan agar dapat menjadi pemimpin yang baik. Setidaknya bagi diri sendiri. Seperti dengan mengikuti organisasi atau kegiatan-kegiatan tertentu. Paling tidak disana kita belajar berkomunikasi dengan orang lain dan bertanggung jawab terhadap tugas dan amanah yang kita miliki.

    Kalau menjadi pemimpin bagi diri sendiri saja sudah tidak mampu, lalu bagaimana jika kita dipercaya untuk menjadi pemimpin sebuah organisasi/lembaga yang tanggung jawabnya mencakup hal yang lebih luas? (Ai)