Pages

Sabtu, 29 September 2012

Public Speaker Harus Bisa Gila!

JAKARTA - Apa sesungguhnya yang harus dimiliki oleh seorang public speaker? Apakah harus cantik, menarik, atau berwawasan luas? Ternyata, modal utama menjadi seorang public speaker adalah mampu tampil gila.

Demikian disampaikan oleh penyiar radio sekaligus Program Director Elfara FM Evan Calisto dalam seminar Super Speaker: One Day To Make You More Than An Ordinary Public Speaker besutan Universitas Brawijaya (UB), Malang. Menurut Evan, konsep gila yang ditekankan sebagai seorangpublic speaker harus unik dan mampu menciptakan ide-ide baru yang mempunyai nilai jual. "Setiap penyiar itu harus punya keunikan sendiri-sendiri yang tidak dimiliki oleh orang lain. Dengan kekurangan yang dimiliki, misalnya dia mampu membuat orang jadi berpikir..wah gokil nih," kata Evan, seperti dilansir dari laman UB, Selasa (19/6/2012).

Sementara itu, pembicara lain, yakni seorang pengisi suara, Tio Duanov menyebutkan, syarat utama menjadi seorang public speaker, lanjutnya, harus mempunyai passion atau hasrat untuk menjadi seorang public speaker. "Modal utama yang harus dimiliki seorang public speaker adalah passion. Seseorang yang mempunyai passion sebagai penyiar, maka ketika dia sudah tidak bekerja lagi di bidang broadcast, suatu saat dia pasti akan merindukan masa-masa itu. Bahkan tidak dibayar sekalipun," kata Tio.

Namun, Tio mengaku, berwawasan luas juga menjadi hal penting yang wajib dimiliki seorang superspeaker. "Pengetahuan yang luas akan membuat audiences atau pendengar tidak hanya terhibur namun juga mendapatkan informasi lebih banyak," tuturnya.

Dia menyebut, ada beberapa tips bagaimana agar bisa berbicara dengan baik dan percaya diri. "Pertama melakukan kontak mata ketika berbicara dan bangga terhadap diri sendiri. Kedua, tidak perlu takut dan berbicara lantang, serta tidak terbebani dengan diri sendiri," tukasnya.

Dosen FISIP UB Yuyun Riani menambahkan, seorang public speaker merupakan pusat atau titik perhatian khalayak. Sehingga ketika dia berbicara mampu mengeluarkan energi karena dari setiap perkataan yang dilontarkan terkandung sebuah spirit atau semangat.(mrg)(rhs)


4 Tipe Kepribadian Manusia

Kali ini kita akan mengupas tentang 4 tipe kepribadian manusia. Sadarkah kita bahwa setiap manusia memiliki kepribadian yang berbeda? ini lah 4 tipe kepribadian manusia :

1. Tipe Koleris
Dalam kehidupannya, tipe koleris senang sekali mengerjakan perkerjaan dengan cara nya sendiri hingga tuntas. Walaupun ada manualnya, tipe ini tetap pada pendiriannya mengerjakan dengan cara nya sendiri. Koleris merupakan sosok yang suka mengatur orang lain namun tidak suka di paksa-paksa dalam melakukan sesuatu.

2.Tipe Sanguin
Seorang sanguin merupakan sosok yang selalu mencari cara yang menyenagkan dalam menyelesaikan tugas atau pekerjaan. Apabila pekerjaan yang ia lakukan sangat menyenangkan seorang sanguin bisa tidak ingat waktu. kekurangan dari tipe sanguin ini adalah suka menunda nunda perkerjaan bahkan kerap melupakan perkerjaan yang telah dilakukannya. Bekerja tanpa rencana dan sering meremehkan pekerjaan yang ia lakukan. Apabila di keramaian sosok ini kerap muncul lebih dominan atau paling menonjol sehingga menarik perhatian.

3. Tipe Melankolis
Seseorang yang memiliki tipe melankolis cenderung senang dengan kerapian dan sistematis. Bila ada manualnya, maka ia melakukan pekerjaan mengikuti 100% benar. Seorang melankolis bekerja sangat tekun dan serius, apabila ada seorang bawahan yang melenceng atau tidak melakukan sesuatu yang dikehendakinya maka dia akan muram sepanjang hari. Seorang melankolis sangat mudah tersentuh perasaannya.

4. Tipe Plegmatis
Plegmatis merupakan tipe kepribadian yang dimiliki oleh orang yang cenderung hampir tidak pernah marah. Seorang plegmatis menyenangkan bagi semua orang. Ia tidak suka menonjol di keramaian. Selalu menerima pendapat orang lain walaupun terkadang pendapat tersebut belum tentu dikerjakannya. Namun seorang plegmatis seperti tidak memiliki ambisi terkesan sangat santai dalam menjalani hidupnya. Dalam melakukan pekerjaan seorang plegmatis memilih jalan yang paling mudah. Terkadang melalui jalan pintas.

Namun, dari ke 4 tipe yang dijelaskan diatas bukan berarti kita hanya memiliki 1 dari ke 4 tipe kepribadian ini. Pada dasarnya manusia memiliki 4 tipe kepribadian ini, namun persentase dari masing-masing kepribadian ini berbeda. So, tipe kepribadian yang mana yang paling menonjol dalam diri Anda?

Jumat, 28 September 2012

Tipe dan Gaya Kepemimpinan

Dari penelitian yang dilakukan Fiedler yang dikutip oleh Prasetyo (2006) ditemukan bahwa kinerja kepemimpinan sangat tergantung pada organisasi maupun gaya kepemimpinan (p. 27). Apa yang bisa dikatakan adalah bahwa pemimpin bisa efektif ke dalam situasi tertentu dan tidak efektif pada situasi yang lain. Usaha untuk meningkatkan efektifitas organisasi atau kelompok harus dimulai dari belajar, tidak hanya bagaimana melatih pemimpin secara efektif, tetapi juga membangun lingkungan organisasi dimana seorang pemimpin bisa bekerja dengan baik.

Tipe Dan Gaya Kepemimpinan Organisasi

Lebih lanjut menurut Prasetyo (p.28), gaya kepemimpinan adalah cara yang digunakan dalam proses kepemimpinan yang diimplementasikan dalam perilaku kepemimpinan seseorang untuk mempengaruhi orang lain untuk bertindak sesuai dengan apa yang dia inginkan. Selain itu menurut Flippo (1987), gaya kepemimpinan juga dapat didefinisikan sebagai pola tingkah laku yang dirancang untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu untuk mencapai suatu tujuan tertentu (p. 394).

Menurut University of Iowa Studies yang dikutip Robbins dan Coulter (2002), Lewin menyimpulkan ada tiga gaya kepemimpinan; gaya kepemimpinan autokratis, gaya kepemimpinan demokratis, gaya kepemimpinan Laissez-Faire (Kendali Bebas) (p. 406)

Gaya Kepemimpinan Autokratis
Menurut Rivai (2003), kepemimpinan autokratis adalah gaya kepemimpinan yang menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai keputusan dan pengembangan strukturnya, sehingga kekuasaanlah yang paling diuntungkan dalam organisasi (p. 61).

Robbins dan Coulter (2002) menyatakan gaya kepemimpinan autokratis mendeskripsikan pemimpin yang cenderung memusatkan kekuasaan kepada dirinya sendiri, mendikte bagaimana tugas harus diselesaikan, membuat keputusan secara sepihak, dan meminimalisasi partisipasi karyawan (p. 460).

Lebih lanjut Sukanto (1987) menyebutkan ciri-ciri gaya kepemimpinan autokratis (pp. 196-198):
1. Semua kebijakan ditentukan oleh pemimpin.
2. Teknik dan langkah-langkah kegiatannya didikte oleh atasan setiap waktu, sehingga langkah-langkah yang akan datang selalu tidak pasti untuk tingkatan yang luas.
3. Pemimpin biasanya membagi tugas kerja bagian dan kerjasama setiap anggota.

Sedangkan menurut Handoko dan Reksohadiprodjo (1997), ciri-ciri gaya kepemimpinan autokratis (p. 304):
1. Pemimpin kurang memperhatikan kebutuhan bawahan.
2. Komunikasi hanya satu arah yaitu kebawah saja.
3. Pemimpin cenderung menjadi pribadi dalam pujian dan kecamannya terhadap kerja setiap anggota.
4. Pemimpin mengambil jarak dari partisipasi kelompok aktif kecuali bila menunjukan keahliannya

Gaya kepemimpinan Demokratis / Partisipatif
Kepemimpinan demokratis ditandai dengan adanya suatu struktur yang pengembangannya menggunakan pendekatan pengambilan keputusan yang kooperatif. Dibawah kepemimpinan demokratis bawahan cenderung bermoral tinggi, dapat bekerja sama, mengutamakan mutu kerja dan dapat mengarahkan diri sendiri (Rivai, 2006, p. 61).

Menurut Robbins dan Coulter (2002), gaya kepemimpinan demokratis mendeskripsikan pemimpin yang cenderung mengikutsertakan karyawan dalam pengambilan keputusan, mendelegasikan kekuasaan, mendorong partisipasi karyawan dalam menentukan bagaimana metode kerja dan tujuan yang ingin dicapai, dan memandang umpan balik sebagai suatu kesempatan untuk melatih karyawan(p. 460). Jerris (1999) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang menghargai kemampuan karyawan untuk mendistribusikan knowledge dan kreativitas untuk meningkatkan servis, mengembangkan usaha, dan menghasilkan banyak keuntungan dapat menjadi motivator bagi karyawan dalam bekerja (p.203).

Ciri-ciri gaya kepemimpinan demokratis (Sukanto, 1987, pp. 196-198) :
1. Semua kebijaksanaan terjadi pada kelompok diskusi dan keputusan diambil dengan dorongan dan bantuan dari pemimpin.
2. Kegiatan-kegiatan didiskusikan, langkah-langkah umum untuk tujuan kelompok dibuat, dan jika dibutuhkan petunjuk-petunjuk teknis pemimpin menyarankan dua atau lebih alternatif prosedur yang dapat dipilih.
3. Para anggota bebas bekerja dengan siapa saja yang mereka pilih dan pembagian tugas ditentukan oleh kelompok. 

Lebih lanjut ciri-ciri gaya kepemimpinan demokratis (Handoko dan Reksohadiprodjo, 1997, p. 304) :
1. Lebih memperhatikan bawahan untuk mencapai tujuan organisasi.
2. Menekankan dua hal yaitu bawahan dan tugas.
3. Pemimpin adalah obyektif atau fact-minded dalam pujian dan kecamannya dan mencoba menjadi seorang anggota kelompok biasa dalam jiwa dan semangat tanpa melakukan banyak pekerjaan.

Gaya Kepemimpinan Laissez-faire (Kendali Bebas)
Gaya kepemimpinan kendali bebas mendeskripsikan pemimpin yang secara keseluruhan memberikan karyawannya atau kelompok kebebasan dalam pembuatan keputusan dan menyelesaikan pekerjaan menurut cara yang menurut karyawannya paling sesuai (Robbins dan Coulter, 2002, p. 460).

Menurut Sukanto (1987) ciri-ciri gaya kepemimpinan kendali bebas (pp.196-198) :
1. Kebebasan penuh bagi keputusan kelompok atau individu dengan partisipasi minimal dari pemimpin.
2. Bahan-bahan yang bermacam-macam disediakan oleh pemimpin yang membuat orang selalu siap bila dia akan memberi informasi pada saat ditanya.
3. Sama sekali tidak ada partisipasi dari pemimpin dalam penentuan tugas.
4. Kadang-kadang memberi komentar spontan terhadap kegiatan anggota atau pertanyaan dan tidak bermaksud menilai atau mengatur suatu kejadian.

Ciri-ciri gaya kepemimpinan kendali bebas (Handoko dan Reksohadiprodjo, 1997, p. 304):
1. Pemimpin membiarkan bawahannya untuk mengatur dirinya sendiri.
2. Pemimpin hanya menentukan kebijaksanaan dan tujuan umum.
3. Bawahan dapat mengambil keputusan yang relevan untuk mencapai tujuan dalam segala hal yang mereka anggap cocok.

Tipe Dan Gaya Kepemimpinan Organisasi


Mengapa si Cerewet suka berteman dengan si Pendiam?

California, Orang bisa berteman dengan siapa saja. Orang yang memiliki sifat cerewet dan terbuka (ekstrovert) misalnya suka berteman dengan orang pendiam dan pemalu (introvert). Mengapa si cerewet suka berteman dengan si pendiam?

Orang dengan kepribadian ekstrovert didefinisikan sebagai orang yang gampang bersosialisasi, ramah, aktif, tegas, energik, antusias, terbuka, impulsif, emosional, ekspresif, bertindak sebelum berpikir dan berpengalaman yang luas.

Sedangkan orang introvert didefinisikan sebagai pemalu, tidak mudah bersosialisasi, pendiam, tertutup, tenang, bijaksana, mudah konsentrasi, biasanya tidak memiliki banyak teman dan mengalami kesulitan dalam membuat hubungan baru.

Yang mengherankan, kebanyakan orang ekstrovert justru suka berteman dengan orang yang memiliki sifat berkebalikan denganya, yaitu introvert. Dan sebuah studi telah menemukan jawaban untuk hal tersebut.

Peneliti dari University of California, San Diego, menemukan bahwa orang yang menjalin sebuah pertemanan bisa terkait dengan gen tertentu. Keterkaitan gen ini memberikan penjelasan ilmiah tentang adanya suatu ikatan tertentu di antara teman.

Hasil studi menunjukkan bahwa orang yang membawa versi gen yang disebut CYP2A6 (terkait dengan kepribadian terbuka atau ekstrovert) cenderung berteman dengan orang yang tidak membawa gen tersebut alias introvert.

"Inilah yang membuat orang menjadi heterophily atau menyukai hal yang berbeda dengannya," jelas James Fowler, profesor genetika medis dan ilmu politik di University of California, San Diego, dilansir MSNBC, Rabu (19/1/2011).

Selain menyukai hal yang bertolak belakang, versi gen lain justru membuat orang menyukai hal yang sama dengannya (homophily). Ini ditunjukkan dengan penanda genetik tertentu yang disebut DRD2 (reseptor dopamin yang berhubungan dengan alkoholisme).

Orang dengan DRD2-positif cenderung berteman dengan orang lain dengan DRD2-positif. Sebaliknya, orang yang tidak memiliki penanda genetik tersebut cenderung berteman dengan orang-orang yang juga memiliki DRD2-negatif.

Fowler percaya bahwa studi yang sedang berlangsung ini akan menunjukkan adanya biomekanisme yang berbeda, seperti indra penciuman yang mungkin juga ikut bermain dalam membentuk persahabatan.

Hasil studi ini telah diterbitkan dalam jurnal U.S. National Academy of Sciences, pada Senin kemarin.  
(mer/ir


Kamis, 06 September 2012

7 Prinsip Sukses menjadi Pemimpin


Menjadi pemimpin memang tak mudah. Karena itu, hanya sedikit orang yang mencapai puncak dan bisa terus dikenang hingga kini. Sebenarnya, faktor apa saja yang dimiliki para pemimpin puncak hingga bisa jadi "legenda"?

Kita semua sebenarnya tercipta sebagai pemimpin. Minimal, memimpin diri kita masing-masing. Namun sayangnya, memimpin diri sendiri pun, masih sering mengalami kendala. Mulai dari membiarkan pikiran negatif muncul, memelihara sikap miskin mental, dan berbagai hal kurang baik lainnya. Padahal, dengan mengubah cara pandang saja, berpikiran selalu positif, mengembangkan kekayaan mental, akan mampu menjadikan kita sebagai pemimpin yang mumpuni.
Jika memimpin diri sendiri berhasil kita lampaui, maka menjadi pemimpin dalam arti sebenarnya juga mengandung tantangan yang tak kalah hebatnya. Hanya mereka yang mampu, mau, dan bersedia terus maju, yang akan jadi pemimpin hebat di bidangnya. Dan, sebenarnya, kita pun bisa mencapainya. Bagaimana caranya? Berikut tujuh kriteria penting yang harus dimiliki seseorang agar jadi pemimpin unggulan, yang disarikan dari Paul B. Thornton yang menulis buku Leadership: Best Advice I Ever Got.

1. Pemimpin mampu menjadikan segalanya nyata. Seorang pemimpin haruslah memiliki semangat dan kemauan keras untuk mewujudkan keinginannya menjadi nyata. Untuk itu, pemimpin pasti memiliki sikap seorang do-ers alias mengutamakan action.
John Baldoni, pendiri Baldoni Consulting LLC, mendapat nasihat agar menjadi orang yang tekun dari ayahnya. Sementara, sang ibu mengajarkan untuk tidak melupakan kasih sayang. Karena itu, pemimpin yang baik selain berusaha mewujudkan ambisi, juga tidak melupakan para pendukungnya.

2. Pemimpin mendengarkan dulu, baru memimpin. Steven Covey pernah menyebut, Tuhan menciptakan manusia dengan dua telinga dan satu mulut. Ini berarti, kita sebenarnya diperintahkan untuk lebih banyak mendengar daripada berkata-kata.
Cordia Harrington, Presiden dan CEO dari Tennessee Bun Company menyebutkan, sebagai pemimpin agar mengutamakan untuk memahami lebih dulu, dibanding keinginan untuk dipahami.

3. Pemimpin menjawab pertanyaan dengan jelas dan terarah. Ada tiga pertanyaan mendasar yang biasanya ditanyakan anak buah: Ke mana kita akan mengarah? Bagaimana kita mencapainya? Apa peran saya?
Menurut Kevin Nolan, President & Chief Executive Officer dari Affinity Health Systems, Inc, kemampuan menjawab dengan jelas dan terarah dari ketiga pertanyaan tersebut akan jadi indikator sukses tidaknya seorang pemimpin.

4. Pemimpin menguasai visinya sehingga mampu bekerja di mana dan kapan saja di segala kondisi. Debbe Kennedy, President, CEO dan pendiri Global Dialogue Center and Leadership Solutions Companies, menyebutkan bahwa dunia terus berubah. Maka, seorang pemimpin harus menguasai perubahan dengan mengetahui secara pasti tujuannya.
Untuk itu, seorang pemimpin harus membekali diri dengan beberapa hal, yakni: kemampuan mewujudkan ide-ide, membangun rencana yang terarah, pandai mengeksekusi, berorientasi hasil terbaik di setiap waktu.

5. Pemimpin selalu penuh keingintahuan. Hal ini akan mendorong dirinya menjadi orang yang selalu haus akan informasi terbaru dan terus melakukan pengembangan berkelanjutan.
Menurut Mary Jean Thornton, mantan CIO (Chief Information Officer) dari The Travelers, semua perkembangan didasari oleh kemajuan berpikir. Karena itu, di perusahaannya, ia selalu membiasakan diri dan anak buahnya untuk selalu berpikir kreatif dan menantang untuk membangun masa depan.

6. Pemimpin selalu mendengar dari dua sisi. Seperti yang sudah disebutkan, kemampuan mendengar dibutuhkan oleh seorang pemimpin. Namun, tak cukup hanya jadi pendengar. Informasi yang didapat harus meliputi semua sisi. Karena itu, seorang pemimpin andal tak lantas percaya begitu saja dengan penuturan satu sisi. Ia harus mampu menggali dan "mendengar" dari sisi lain sehingga bisa melakukan tindakan yang objektif.
Brian P. Lees, senator dari negara bagian Massachusetts, AS menyebutkan pentingnya untuk bergaul dengan semua kalangan. Mulai dari profesor sampai anak-anak sekolah, dari pemimpin lain hingga rakyat biasa.

7. Pemimpin pasti selalu memiliki persiapan, persiapan, dan persiapan. Ada satu pepatah mengatakan, jika Anda gagal membuat rencana, maka Anda sedang merencanakan untuk gagal. Ini mengandung makna, bahwa persiapan menyeluruh, dimulai dari rencana yang matang dan tindakan yang terarah, akan jadi indikator pertama tentang sukses tidaknya kepemimpinan kita.
Tak heran, jika ada idiom, persiapan adalah ilmu untuk meraih kemenangan. Untuk itu, mutlak kiranya seseorang pemimpin menyiapkan segala hal-termasuk dengan rencana cadangan-agar mampu mencapai sukses yang didambakannya.


Masih Santap Makanan dari Wadah Styrofoam?

      Sudah banyak tulisan, himbauan dan kampanye anti penggunaan styrofoam, namun gaungnya tak seluas penggunaan produk yang berbahan dasar styrene itu. Padahal, seperti disebutkan dalam berbagai laporan, styrene merupakan bahan kimia berbahaya yang dapat mengganggu kesehatan (tercatat gejala-gejala dari yang ringan seperti iritasi kulit sampai gangguan syaraf, sakit kepala, dan depresi akibat styrene). Dalam hal penggunaan styrofoam sebagai wadah makanan, ditemukan bahwa bahan yang juga sering disebut "gabus" itu dapat melepaskan zat kimia berbahaya ke arah makanan yang diwadahinya--apalagi kalau dipanaskan, seperti saat di dalam microwave.
      Ancaman kesehatan dari wadah styrofoam bahkan telah mendorong otoritas sekolah di distrik Los Angeles, Amerika Serikat, mengeluarkan larangan penggunaan wadah styrofoam di kantin sekolah.
Adalah dua setengah tahun lalu, saat para siswa program Environmental Studies Magnet di Sekolah Menengah Thomas Starr King, Silver Lake, ditugaskan membawa-bawa sampah mereka sendiri selama sepekan (ya, membawa-bawa sampah selama sepekan!) Para siswa lantas menyadari betapa sebagian besar sampah mereka adalah wadah-wadah sekali pakai, yang sebagian besar berbahan styrofoam. Kunjungan ke fasilitas daur ulang setelah itu membuat para siswa sadar bahwa wadah-wadah itu tidak didaur ulang. Pendaur ulang menolak styrofoam yang tidak bersih.
      Para siswa lalu menghitung jumlah wadah styrofoam yang mereka gunakan saat makan siang selama satu hari, dan mereka mendapati patung "Monster Styrofoam" setinggi 9 meter, berasal dari sekitar 1500 nampan styrofoam yang digunakan dalam sehari. Kenyataan itu cukup membuat shock para siswa, mendorong mereka menulis surat pada pejabat distrik dan anggota dewan sekolah, agar styrofoam dilarang penggunaannya di 900 sekolah di distrik tersebut. Himbauan para siswa ini mendapat dukungan penuh dari para orangtua, pemuka dan anggota masyarakat.
      Pejabat Dinas Pendidikan Los Angeles Dr. John Deasy menyatakan bangga dengan inisiatif para siswa ini, menekankan bahwa jiwa kepeloporan tidak hanya datang dari masyarakat dewasa, namun juga dari kalangan muda. Deasy juga menantang distrik lain untuk melakukan hal serupa yang mereka lakukan. Di sisi lain, sebuah rancangan undang-undang mulai diajukan untuk pelarangan penggunaan styrofoam sebagai wadah makanan di seluruh negara bagian California.
      Saat ini, Styrofoam di sekolah-sekolah distrik tersebut digantikan dengan wadah kertas yang dapat terurai, juga nampan serat mikro, namun target siswa Sekolah Menengah King adalah penggunaan wadah yang dapat digunakan kembali. Problemnya, sekolah itu belum punya alat pencuci piring yang dapat membersihkan dan mensterilkan wadah-wadah yang selesai dipakai. Sementara menunggu alat pencuci piring tersedia, saat ini siswa sekolah tersebut tengah membuat proyek tentang penanganan sisa makanan di sekolah.
Aktivitas lingkungan yang dilakukan para siswa Sekolah Menengah King sungguh merupakan contoh nyata warga masyarakat yang menggunakan kekuatan dan kekuasaan mereka untuk melakukan perubahan. Nah, mampukah kita menirunya, menerapkannya di Indonesia? Mungkin ada yang ingin mendorong teman-temannya di sekolah melakukan hal serupa? ^___^ [Mizan.com]



sumber: http://annida-online.com/artikel-5948-masih-santap-makanan-dari-wadah-styrofoam.html