Pages

Rabu, 30 Mei 2012

Selamat kepada kakak-kakak kelas 12 SMAN 6 Bogor 
yang 100% lulus Ujian Nasional!!!
Semoga kakak-kakak bisa masuk ke Perguruan Tinggi yang diinginkan, amin...
Semoga sukses selalu menyertai kakak-kakak semua, amin :)

Tips Pintar Membagi Waktu


Sobat pernah nggak merasa bingung membagi waktu? Kerjaan ini belum selesai, pas melihat to-do-list, kok ya masih banyak tugas lain yang harus diselesaikan. Pusssiiing!
Akhirnya tidak jarang kita malah mogok ngapa-ngapain (stress sendiri nggak tahu bagaimana menyelesaikan kerjaan yang masih menggunung).
Nah berikut ini adalah sedikit tips untuk membagi waktu yang efektif, mudah-mudahan bisa berguna:
1. Sesuaikan aktivitas dengan “jam biologis” kita! Ada istilah “orang pagi” atau “orang malam”, yaitu kondisi di mana energi dan konsentrasi seseorang sedang tinggi-tingginya, ada yang berkonsentrasi tinggi kalau sudah malam, ada juga yang justru baru semangat di pagi hari.
Biasanya pada waktu-waktu ini, kerja apa saja cepat selesai. Bila kita bisa menyesuaikan aktivitas kita dengan “jam biologis” ini, insya Allah produktivitas kita bisa makin tinggi Sob!
2. Buat prioritas mana tugas yang harus diselesaikan terlebih dahulu (mana yang lebih penting dan mendesak), dan mana yang masih bisa dikerjakan belakangan! Nah, kerjakanlah tugas sesuai urutan tersebut. Hal ini akan mengurangi panik karena dikejar-kejar deadline!
3. Buat urutan tingkat kesulitan tiap tugas. Biasakanlah mengerjakan yang mudah dulu, supaya kita tidak menjadi frustasi atau menghabiskan terlalu banyak waktu di kerjaan yang sulit.
4. Perhatikanlah apakah seluruh tugas harus kita yang menyelesaikan sendiri, atau sebenarnya bisa kita limpahkan kepada orang lain! Belajarlah untuk mendelegasikan tugas! Jika ada tugas yang bisa dibagikan kepada teman sekelompok atau se-organisasi, percayakan dia untuk mengerjakannya! Jangan mengerjakan semua hal sendirian Sob, jika memang bisa membagi tugas, itu lebih baik!
5.Selalu ingat untuk makan makanan bergizi serta berolahraga agar tubuh tetap bugar dan segar! Kondisi tubuh yang sehat sangat baik dalam menjalankan aktivitas yang padat. Kalau kitanya cepat sakit, lemas, dan punya penyakit kambuhan (misalnya Maag), duuh... bagaimana bisa mengerjakan tugas dengan optimal? Pasti membuat manajemen waktu kita menjadi kacau balau.
6. Konsentrasi dan fokus.

Di setiap mengerjakan tugas, usahakan tetap fokus dan konsentrasi agar kerjaan cepat beres! Jangan memikirkan pekerjaan lain saat mengerjakan sesuatu, ini membuat penyelesaiannya lebih lama.

7. Supaya aliran darah tetap berjalan lancar, istirahatlah selama 5 - 10 menit setiap 30 - 40 menit mengerjakan tugas!
8. Mulailah berkata “tidak” pada hal-hal yang dapat merusak alur rencana pengerjaan tugasmu!
9 Jangan mudah menerima tugas baru! Ukurlah kemampuan kita dan jumlah waktu yang kita miliki, dengan jumlah tugas yang harus diselesaikan. Jika overload... beranilah untuk menolak tugas baru yang diberikan!
Sama dengan flashdisk, diri kita juga memiliki kapasitas maksimal Sob! Flashdisk yang berukuran 8 GB yaa tidak bisa dipaksakan untuk diisi sampai 12 GB. Bahkan kalau kepenuhan kapasitas, bisa-bisa rusak dan lelet kinerjanya looh... So, jangan pernah memaksakan diri kita untuk menyanggupi setiap tugas yang diberikan oleh orang lain, bisa jadi kita malah mengecewakan diri sendiri dan banyak orang.
Semoga sukses membagi waktu dan berhasil mengerjakan setiap kewajiban dengan optimal!
sumber: http://annida-online.com/artikel-5160-tips-pintar-membagi-waktu.html

Tinggalkan Kebiasaan Telat


Telat, jam molor atau jam karet sepertinya sudah menjadi budaya di negara kita. Tapi tahukah Sobat kalau telat bisa mengurangi produktivitas kita. Bagaimana tidak, telat 15 menit saja, berarti waktu belajar (kalau masih sekolah) dan waktu kerja (kalau sudah kerja) otomatis juga terpotong.
Buat kamu yang pengen banget berubah. Pengen jadi seorang yang tepat waktu? Nggak mau mainan yang memacu adrenalin lagi? Nih dia tips mengatur waktu yang jitu punya deh (kalau diterapin):
 Tapiii, sebelumnya kita perlu tau dulu, apa sih yang menyebabkan kita suka telat dan membuang-buang waktu?
 Hidup yang Nggak Teratur, Nggak Rapi, Nggak Bersih dan Nggak Terjadwal!
 Percaya nggak? Coba deh perhatiin… Karena nggka punya jadwal dan perencanaan yang bagus, kita sering menganggap enteng sesuatu. Karena nggak rapi, kita terbiasa buat “sibuk nggak menentu” waktu mau pergi kemana.
 Tips untuk mengatur waktunya udah kita dapat sebenarnya dalam kalimat besar di atas. Hehe. Walau gitu, yuk kita telusuri lebih lanjut lagi dan lebih panjang lagi!
 1. Buat Jadwal
 Kesannya gimana gitu yah. Rada-rada males. Aneh aja. Tapi, bagus banget! Apalagi buat kamu yang suka lupa. Nggak harus dituangkan dalam tulisan, paling nggak rencanain di dalam pikiran kamu sendiri – apa-apa saja sih yang bakal aku lakuin.
 Namun, alternatif berikut berharga banget jadi sarana pengingat jadwal kamu:
 Kalender hape: Buat pengingat hal-hal penting yang bakal kamu lakuin besok atau beberapa hari mendatang. Ingat! Buat alarm/pengingatnya sekitar 1 jam sebelum jam kegiatanmu itu.
 Kalender: Entah kalender dinding atau kalender meja, coretin aja dengan kegiatan-kegiatan yang bakal kamu lakuin.
 Buku catatan kecil: Kamu bisa catat PR kamu hari ini, bisa catat kegiatan yang bakal kamu lakukan besok, terus mana yang udah dikerjain tinggal ditandai deh.
 2. Rajin-rajin Lihat Jadwal
 Haha. Untuk apa ada jadwal kalau lupa juga dilihat!
 3. Perkara Besar Baru Perkara Kecil
 Kalo kamu pernah dengar gini: perkara kecil dulu baru perkara besar. Nah, dalam mengatur waktu, kalimat itu nggak cocok! Malah sebaliknya, kita harus ngedahuluin kegiatan-kegiatan terpenting dulu!
 Keseringannya remaja senang banget ngelakuin sesuatu yang menjadi kesukaan kita terlebih dahulu. Yang kasihannya, kesukaan kita itu nggak terlalu penting! Misal nih, kita lebih memilih nonton teve dulu, baru setelah itu ngerjain pe-er. Atau main-main dulu, baru dah ngerjain tugas-tugas rumah.
 Bukan dilarang untuk ngelakuin apa yang kita sukai. Tetapi, faktanya kalo kita ngedahului aktivitas-aktivitas terpenting dulu, ntar pas ngerjain sesuatu yang kita sukai, rasanya lega banget, kayak punya banyak waktu!
4. Biasakan Hidup Rapi, Bersih dan Teratur!
 Tahu ngga yang sering banget menyebabkan kita telat atau terlambat? Berbalik dengan yang disebutkan di poin ini, kita sering banget semrawutan. Coba deh ingat-ingat lagi, ketika kita mau pergi, mana udah kepepet, eh ntah itu kunci motor, dompet, tas, kaos kaki dan bahkan sepatu nggak tau letaknya di mana. Terpaksa deh nyari lagi.
 5. Terapin!
 Yang paling penting adalah penerapannya! Mulai dari matuhin jadwal, tetapin prioritas sampai hidup bersih, rapi dan teratur. Eits, jangan ada hari pengecualian lho… Ntar bakal kambuh lagi.
 Intinya, silahkan diserapin bagus-bagus tulisan besar yang di atas itu. Setelah itu, lakukan kebalikannya yaitu poin-poin yang sudah dijabarin ini
 Mari kita contoh bangsa Jepang. Jepang adalah salah satu dari segelintir negara Asia yang sanggup menyaingi Amerika dan Eropa, baik dari segi ekonomi, pendidikan, budaya dll. Mengapa? Salah satu alasannya karena masyarakat Jepang sangat menghargai waktu dan kesempatan. Dalam bekerja, belajar, hingga menghadiri pertemuan, mereka senantiasa tepat waktu. Tepat waktu untuk mulai dan tepat waktu pula untuk berakhir. Mereka akan datang sebelum acara dimulai, dan tidak akan beranjak sebelum acara benar-benar berakhir. Waktu yang ada digunakan seefektif mungkin. (Sangat berkebalikan dengan orang Indonesia, yang datangnya telat namun justru berlomba ingin pulang duluan). Dengan memelihara budaya tepat waktu, orang Jepang jadi lebih produktif bekerja dan meraih banyak kesempatan.

Menyontek sebelum Ujian


Sobat, ada sisi lain dalam dunia persekolahan di Indonesia, yakni dengan dikenalnya istilah nyontek (sontek, menyontek). Mungkin dan bisa jadi, istilah ini termasuk dalam kategori undercoverNyontek sering kali dipahami dan merupakan sikap pecundang yang menginginkan hasil optimal tanpa harus bersusah payah. 
Biasanya, nyontek dilakukan oleh para siswa atau mahasiswa yang sedang mengerjakan soal ujian, dan yang bersangkutan tidak mempersiapkan penguasaan bahan/ materi pelajaran yang memadai dengan berbagai alasan. Mereka menyontek pekerjaan temannya yang dianggap lebih pintar atau mengerjakan soal dengan jawaban yang dilihatnya dari catatan yang sudah dipersiapkan. Catatan ini bisa berupa apa saja, buku-buku, atau catatan kecil lainnya.
Anak sekolah/mahasiswa yang menyontek biasanya menempati posisi yang “aman” dari pengawas ujian. Biasanya di barisan belakang, atau yang terhalang oleh pengawas. Makanya, ada juga istilah yang cukup beken “posisi menentukan prestasi”.

Penyebab Menyontek
Banyak hal yang menyebabkan seseorang menyontek. Ini di antaranya:
1. Ingin berhasil tanpa usaha yang melelahkan.
Seseorang harus memahami, bahkan harus hafal bahan-bahan pelajaran yang akan diujikan. Seorang pemalas biasanya ada saja alasan untuk tidak belajar atau membaca buku-buku yang dijadikan rujukan pembuatan soal ujian. Mestinya, berbekal kajian-kajian psikologi memungkinkan seseorang dapat memahami bahan ajar dengan mudah. Belajar yang menyenangkan mestinya juga memungkinkan siswa dapat belajar denganenjoy mencerna semua informasi dan langsung melekat pada ingatannya.
2. Ingin membahagiakan pihak lain.
Katakanlah, siswa yang menginginkan pihak lain atau orang tuanya tersenyum bahagia melihat anaknya berprestasi dengan digambarkan pada perolehan angka-angka yang fantastis dalam nilai rapornya. Karena kurang persiapan, malas, atau alasan lainnya, ia memakai cara-cara yang tidak sah yakni dengan menyontek. Ia tak memedulikan cara ini sesuai dengan norma-norma yang ada atau tidak ada. Baginya, yang terpenting adalah bisa menjawab soal-soal ujian dengan mudah karena melihat sontekan dan nilainya bagus. Titik. Padahal, kebahagian sejati para orang tua dapat dipastikan adalah perolehan nilai ujian anaknya tinggi, memuaskan, dan diraih dengan cara-cara elegan dan bermartabat.

3. Malu jika tidak disebut berprestasi.
Mengapa harus malu ketika tidak berprestasi? Sesungguhnya prestasi itu bukan sesuatu yang bisa didapat dalam sekejap melalui kata-kata magic bim sala bim, tetapi harus diperjuangkan melalui ketekunan.
Tubagus Wahyudi, pakar hipnotis dan public speaking terkenal, pernah mengemukakan bahwa salah satu cara untuk menguasai sensorik power adalah dengan tetap melakukan ketekunan. Ketekunan dalam bidang ilmu, hobi, penelitian, dll akan membuat dan mengantarkan seseorang menjadi pakar pada bidang tertentu tersebut. Bahkan, hobi yang ditekuni dapat menjadi sumber penghasilan dan sandaran hidup.
Jadi, agar berprestasi ya janganlah menyontek. Tetapi, jalankanlah ketekunan dengan tetap membaca buku, baik sebelum maupun setelah bahan ajar itu dipresentasikan oleh guru atau dosen.

4. Bahan yang diujikan tidak menarik.
Mengapa tidak menarik? Kalau dibandingkan dengan pepatah “tidak ada orang yang bodoh di dunia ini melainkan malas”, maka sebenarnya tidak ada ujian yang tidak menarik. Yang ada adalah seseorang yang tidak bisa menyikapi sesuatu dengan pandangan yang berbeda dari biasanya.
Agar lebih bijak, cobalah untuk tidak memblok pikiran kita tentang suatu pelajaran: Matematika itu sulit! Fisika dan Kimia apalagi! Hal ini sangat berpengaruh besar terhadap kesiapan mental kita dalam menghadapi ujian.
Agar menarik, bisa juga minta bantuan teman atau kakak kelas yang pandai di mata pelajaran tersebut. Bisa juga dengan membentuk kelompok belajar, kemudian membuat kuis cerdas cermat antar individu!
Ada banyak cara agar membuat pelajaran yang diujikan menjadi menarik, Sob... cobalah berkreativitas!

5. Sistem pengawasan ujian yang longgar.
Pengawasan yang longgar dapat memunculkan ide bagi para pecundang untuk menyontek. Sedangkan pengawasan ujian yang ekstra ketat juga memungkinkan peserta menjadi lebih stres menghadapi soal-soal ujian. Tentu saja yang terbaik adalah yang pertengahan, tidak longgar dan tidak ketat pula. 

Menyontek dan Kasus Ujian Nasioanl
Kalau diperhatikan sejak Ujian Nasional sebagai faktor penentu kelulusan seorang siswa dari sekolah yang ditetapkan oleh pemerintah, terjadi banyak kasus yang mana guru menjadi “tim sukses”. Mereka seabagai pengawas ujian, bukannya mengawasi jalannya ujian agar berjalan tertib dan aman, tetapi malahan memberikan jawaban kepada para peserta. Antar pengawas terjadi pemahaman TST (tahu sama tahu).
Mengapa itu dilakukan? Banyak pihak beralasan; agar siswanya lulus ujian, karena kalau tidak dibantu akan banyak yang tidak lulus. Akibatnya, reputasi sekolahnya pun bisa hancur. Lebih-lebih sekolah swasta yang kualitasnya biasa saja (standar) yang mana mati hidupnya sangat bergantung pada penerimaan jumlah siswanya.
Dalam kasus ini sebenarnya seperti melihat lingkaran setan. Karena, banyak pihak menyatakan guru ditekan oleh kepala sekolah. Sedangkan kepala sekolah mengaku ditekan oleh ketua yayasan atau atasan langsungnya, seperti kepala dinas pendidikan atau kepala kantor cabang departemen yang ada di kabupaten yang menangani pendidikan. Dalam kasus ini, menyontek justru terjadi secara masif, masal, dan bahkan semi legal, karena justru disponsori oleh para pengawas itu sendiri.
Janganlah menyalahkan siswa karena siswa datang ke sekolah adalah untuk belajar. Belajar yang menurut KKBI adalah “proses perubahan tingkah laku, baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik.”
Dan, janganlah pula menyalahkan soalnya yang terlalu tinggi. Dalam sebuah kesempatan pejabat Pusat Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional pernah menyakatan bahwa soal matematika SD kelas 6 di Indonesia adalah yang paling mudah se-ASEAN. Bagaimana jika dibandingkan dengan kawasan lain? Bagaimana bila dibandingkan se-Asia? Se-dunia? Wajarlah demikian, sehingga sampai-sampai Human Development Index (HDI) Indonesia merupakan yang paling rendah. Bahkan, katanya berada pada titik nadir, yaitu lebih rendah daripada Vietnam, negara yang belum terlalu lama bangkit dari sisa-sisa reruntuhan perang bersenjata melawan hegemoni Amerika Serikat (AS).

Akibat Menyontek
Bagi yang menyontek ketahuan oleh pengawas dapat dipastikan bagaimana kisah selanjutnya. Bisa dikeluarkan dari ruang ujian dan menanggung malu, dan bahkan lebih fatal lagi adalah adalah didiskualifikasi dan dinyatakan tidak lulus ujian.
Hal ini pernah terjadi pada siswa di sebuah SLTA favorit di Jakarta Timur. Ia adalah siswa yang pintar dan rajin. Ia dikeluarkan dari ruang ujian bahkan tidak diluluskan bukan karena ia menyontek. Tetapi, yang ia lakukan adalah memberi sontekan pada yang lainnya. Bahkan, mestinya guru sebagai pengawas yang memberikan sontekan pada siswanya mestinya jugadikeluarkan dari jabatan atau profesinya, karena ia kontraproduktif dengan usaha-usaha sebelumnya, yaitu menanamkan banyak nilai dan norma bahwa siswa harus memegang kejujuran sekalipun langit akan runtuh.
Akibat lebih jauh ketika seseorang sudah lulus dari lembaga pendidikan maka ia tidak bisa menghadapi persoalan kehidupannya. Mengapa banyak produk sekolah yang menganggur? Jangan-jangan, itu karena penanaman nilai di sekolah mengalami kegagalan.
Menyontek dan Kreativitas
Bagi pelajar atau mahasiswa, menyonteklah secara kreatif! Artinya, jangan menyontek pada saat ujian berlangsung. Agar ujian dapat dijalankan dengan sukses, bacalah setiap bahan pelajaran atau buku yang dijadikan rujukan sebanyak tujuh kali. Karena, sebelum dibaca sebanyak tujuh kali, bahan rujukan masih berada di otak dan belum turun ke dada.
Hal ini sesuai dengan pepatah Arab yang menyatakan al ilmu fi al shudur la fi shutur, ilmu itu ada di dada bukan di lembar-lembar kertas. Artinya, mesti ada proses internalisasi dari apa-apa saja yang menjadi kajian seseorang agar tetap melekat pada ingatan berjangka lama (long term memory).
Andrias Harefa pernah menyatakan bahwa kunci seseorang agar kreatif adalah dengan “3 N”: niteni, niroke, nambahi. Atau, dalam bahasa lain yakni mencirikan, menirukan, dan menambahkan. Banyak kasus belajar justru dipahami sebagai proses peniruan. Contoh, anak kecil belajar berjalan, belajar berbicara, atau belajar apa saja adalah menirukan gerakan orang dewasa di sekelilinginya, terutama orang tuanya.
Artinya, sebelum mempunyai ide, langkah pertama bisa menirukan apa saja yang ada di sekeliling kita. Sebagaimana halnya belajar menjahit baju. Pola dasar baju di mana saja dan kapan saja kan sama? Ada lengan, ada kerah, ada kancing, ada saku. Selebihnya adalah penambahan-penambahan di sana-sini akibat yang ditimbulkan dari proses kreativitas.
Jadi, menyontek di ruang ujian adalah tindakan yang tidak bijak, konyol, sembrono, serta tidak menghargai karunia Allah. Tuhan adalah Sang Maha-Pemberi akal pikiran yang luar biasa kepada setiap manusia. Menyontek sebagai bahan permulaan kreativitas dimungkinkan, karena bagaimanapun tidak ada yang original di dunia ini. Yang terjadi adalah proses kreatif yang terus-menerus untuk menciptakan produk, baik barang atau jasa, maupun produk kreatif lainnya.
Tips Ujian Tanpa Nyontek

1. Persiapan yang matang

Maksudnya kita itu sudah mempunyai bekal materi di dalam otak ini agar nanti dalam mengerjakan soal kita bisa lancar. Kalau persiapan sudah matang, mengapa mesti takut? Cara mempersiapkan diri menghadapi ujian adalah dengan menyimak setiap penjelasan guru, kemudian membaca materi yang diujikan berulangkali minimal 3 hari sebelum ujian, jangan pakai sistem kebut semalam! Pasti grasah-grusuh jadinya.

2. Tetap tenang

Agar tenang apa yang harus kita lakukan? Gampang! Cukup baca Bismillah dengan ikhlas dan tulus. Karena hanya dengan mengingat Allah hati kita menjadi tenang. Segala sesuatu yang dimulai dengan basmalah pasti dapet berkah deh. Aamiin.

3. Jaga konsentrasi
Biasakan mengerjakan yang mudah terlebih dahulu. Jangan tergoda untuk mengotak-atik soal yang susah lebih dulu, karena memakan banyak waktu dan bikin panik. Jangan terpengaruh oleh teman-teman kita yang keluar cepat.

4. Ingat-ingat akibatnya kalau ketahuan mencontek!
Kalau kita ketahuan mencontek pasti langsung mati gaya, bingung mau jawab apa kalau ditanya. Biasanya sih ditegur dan bisa berakibat pada menurunnya nilai atau bahkan hilang/ dianggap ga ada/ si lembar jawaban langsung dirobek di tempat.

Tips “Anti Contek Saat Ujian” Ala China

China memang terkenal dalam banyak hal baik yang positif maupun negatif. Dari raja bajakan, doyan makan makanan yang aneh dan kadang menjijikan, sampai dikenal sebagai negara pengekspor nomor satu di dunia.
Negara tirai bambu tersebut memang mempunyai cara nya tersendiri untuk mencuri perhatian dunia. Sama halnya dengan penemuan cara terbaru mereka untuk mencegah anak murid didikannya  menyontek di saat ujian. 
Ini dia caranya:

Hohoho, kreatif juga yaa Sob... 

Pokoknya, menconteklah sepuasnya sebelum ujian, tapi saat di ruang ujian... ingatlah untuk memakai prinsip: MENCONTEK? its not my style

Memberantas Rasa Malas


Hati-hati Sobat, rasa malas adalah sejenis penyakit mental. Siapa pun yang dihinggapi rasa malas akan kacau kinerjanya dan ini jelas-jelas sangat merugikan. Rasa malas sesungguhnya menggambarkan hilangnya motivasi seseorang untuk melakukan pekerjaan, pengaruh malas ini cukup besar terhadap menurunnya produktivitas.
Misalnya, di usia 30 tahun harusnya seorang yang berpotensi menjadi penulis bisa menghasilkan ratusan cerpen dan puluhan buku, tapi karena dia malas menulis, juga selalu menunda-nunda “Besok aja deh!” akhirnya selama bertahun-tahun ia hanya dapat merampungkan 5 naskah, itu pun sudah girang sekali.
Menurut (Edy Zaqeus: 2008) Malas diartikan sebagai keengganan seseorang untuk melakukan sesuatu yang seharusnya atau sebaiknya dia lakukan. Masuk dalam keluarga besar rasa malas adalah menolak tugas, tidak disiplin, tidak tekun, rasa sungkan, suka menunda sesuatu, mengalihkan diri dari kewajiban, dll.
Karena malas, seseorang seringkali tidak produktif bahkan mengalami stag. Badan terasa lesu, semangat dan gairah menurun, ide pun tak mengalir. Akibatnya tidak ada kekuatan apapun yang membuat kita bisa bekerja. Kalau dibiarkan saja, penyakit malas ini akan semakin “kronis”.

Tips Memberantas Rasa Malas
1. Ganti “Kapan Selesainya?” dengan “Saya Mulai Sekarang!”
Apabila kita dihadapkan pada satu tugas besar atau proyek, sebaiknya JANGAN berpikir mengenai rumitnya tugas tersebut dan membayangkan kapan bisa diselesaikan. Sebaliknya, fokuslah pada pikiran positif dengan membagi tugas besar tersebut menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan menyelesaikannya satu demi satu.
Katakan setiap kali kita bekerja: “Saya mulai sekarang”. Cara pandang ini akan menghindarkan diri dari perasaan terbebani, stress, dan kesulitan.
2.Ganti “Saya Harus” dengan “Saya Ingin”
Berpikir bahwa kita harus mengerjakan sesuatu secara otomatis akan mengundang perasaan terbebani dan kita menjadi malas mengerjakannya. Kita akan mencari seribu alasan untuk menghindari tugas tersebut. Satu tip yang bisa kita gunakan adalah mengganti “saya harus mengerjakannya” dengan “saya ingin mengerjakannya”.
Cara pikir seperti ini akan menghilangkan mental blok dengan menerima bahwa kita tidak harus melakukan pekerjaan yang kita tidak mau. Kita mau mengerjakan tugas karena memang kita ingin mengerjakannya, bukan karena paksaan pihak lain. Kita selalu punya pilihan dalam kehidupan ini. Tentunya pilihan sebaiknya dibuat dengan sadar dan tidak merugikan orang lain. Intinya adalah tidak ada seorang pun di dunia ini yang memaksa kita untuk melakukan sesuatu, melainkan karena kita menginginkannya.
3. Kita Bukan Manusia Sempurna
Berpikir bahwa kita harus menyelesaikan pekerjaan sesempurna mungkin akan membawa kita dalam kondisi mental tertekan. Akibatnya kita mungkin akan malas memulainya.kitaharus bisa menerima bahwa kita pun bisa berbuat salah dan tidak semua harus sempurna.
Berpikir bahwa pekerjaan harus diselesaikan secara sempurna akan membuat kita memandang pekerjaan tersebut dari hal yang besar dan rumit.
4. Mulailah Membuat Tujuan Tertulis
Orang yang malas biasanya tidak memiliki motivasi untuk berkembang ke arah kehidupan yang lebih baik. Sementara orang yang tidak memiliki motivasi biasanya tidak memiliki tujuan-tujuan hidup yang pantas dan layak untuk diraih. Dan orang yang tidak memiliki tujuan-tujuan hidup, biasanya sangat jarang bahkan mungkin tidak pernah menuliskan resolusi atau komitmen-komitmen pencapaian hidup. Di sinilah pangkal persoalannya.
Tanpa tujuan, resolusi, atau komitmen-komitmen pencapaian hidup, maka seseorang hanya bergerak secara naluriah dan sangat rentan diombang-ambingkan situasi di sekelilingnya. Posisi seperti ini membuatnya menjadi pasif, menunggu, tergantung pada situasi, dan cenderung menyerah pada nasib. Dalam keadaan seperti ini, tidak akan ada motivasi untuk meraih atau mencapai sesuatu. Tidak adanya sumber-sumber motivasi hidup menyebabkan kemalasan.
Supaya motivasi muncul, seseorang harus berani memutuskan tujuan- tujuan hidupnya. Menurut Andrias Harefa dalam bukunya Agenda Refleksi dan Tindakan Untuk Hidup Yang Lebih Baik (GPU, 2004), dia harus membuat komitmen atas apa saja yang ingin diselesaikan, dicapai, dimiliki, dilakukan, dan dinikmati (disingkat secamilanik).
Contoh komitmen; “Pada ulang tahun yang ke …. saya sudah harus menyelesaikan buku yang saya tulis, meraih promosi pekerjaan, mencapai gelar S-3, memiliki rumah dan mobil, melakukan sejumlah kunjungan ke mancanegara, dan menikmati kebahagiaan bersama keluarga.”
5. Mengasah Kemampuan dengan Pembelajaran Orang yang memiliki tujuan-tujuan hidup yang pasti, membuat resolusi dan komitmen-komitmen pencapaian biasanya memiliki motivasi tinggi. Tetapi tujuan yang samar-samar jelas tidak memberikan dampak motivasional yang signifikan. Nah, akan lebih baik lagi jika tujuan- tujuan dilengkapi dengan aktivitas-aktivitas pembelajaran, seperti mencari cara-cara yang efisien dan efektif untuk mencapai tujuan- tujuan tersebut.
Kita juga perlu sekali mengasah kemampuan atau ketrampilan-ketrampilan supaya langkah-langkah yang diambil itu akan membawa kita pada pencapaian tujuan secara efektif dan efisien. Contoh: jika pada tahun yang sudah ditargetkan kita ingin menjadi konsultan, maka sejak sekarang aktivitas-aktivitas kita sudah harus difokuskan ke arah tujuan tersebut.
Kita harus terus mengasah kemampuan mendiagnosa masalah, menemukan penyebab, menganalisis, mengkomunikasikan gagasan, menawarkan solusi, dan memperbaiki kemampuan presentasi. Jika aktivitas-aktivitas pembelajaran itu dilakukan secara konsisten dan dengan komitmen sepenuhnya, maka kita telah berada di jalur yang benar. Aktivitas-aktivitas pembelajaran akan menempatkan kita pada posisi dan lingkungan yang dinamis. Kemampuan kita dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah juga akan meningkat.
Dengan sendirinya ini akan semakin memperkuat rasa percaya diri kita, menebalkan komitmen pencapaian tujuan, dan tentu saja menumbuhkan semangat. Sebaliknya, jika kita sama sekali menolak aktivitas-aktivitas pembelajaran, komitmen akan semakin melemah, semangat turun, dan kemalasan akan datang dengan cepat. Pada titik ini, tujuan-tujuan, resolusi atau komitmen yang sudah kita buat sudah tidak memiliki arti lagi. Sayang sekali.
6. Gabung dengan Pergaulan Dinamis
Para pemenang berkumpul dengan sesama pemenang, sementara para pecundang cenderung berkumpul dengan sesama pecundang. Ungkapan tersebut mengandung kebenaran. Sulit sekali bagi seorang pemalas untuk hidup di lingkungan para pemenang. Sulit bagi orang malas untuk berada secara nyaman di tengah-tengah orang yang sangat optimis, sibuk, giat bekerja, dan bersemangat mengejar prestasi. Demikian sebaliknya.
Sulit sekali bagi para high achiever untuk betah berlama- lama dengan para orang malas dan pesimistik. Situasi atau lingkungan di mana kita berada sungguh ada pengaruhnya. Orang yang mulai dihinggapi rasa malas sangat dianjurkan agar menjauhi mereka yang juga mulai diserang kebosanan, putus asa, rasa enggan, apalagi negative thinking. Sepintas, berkeluh kesah dengan mereka dengan orang-orang seperti itu dapat melegakan hati.
Ada semacam rasa pelepasan dari belenggu psikologis. Walau demikian, dalam situasimalas sedang menyerang, mendekati orang-orang yang sedang down sama sekali tidak menolong satu sama lain. Rasa malas dan kebuntuan justru bisa tambah menjadi-jadi. Ini bisa menjerumuskan masing-masing pihak pada pesimisme, keputusasaan, dan kemalasan total.
Jika rasa malas mulai menyerbu kita, jangan berlama-lama duduk berdiam diri. Cara paling ampuh menghilangkan kemalasan adalah bangkit berdiri dan menghampiri orang-orang yang sedang tekun dan bersemangat melakukan sesuatu. Dekati mereka yang sedang bekerja keras untuk meraih impian-impiannya.
Manusia-manusia optimis, self- motivated, punya ambisi, positive thinking, dan memiliki tujuan hidup pasti, umumnya memancarkan aura positif kepada apa pun dan siapa pun di sekelilingnya. Pancaran optimisme dan semangat itulah yang bisa menginspirasi orang lain, bahkan menularkan semangat yang sama sehingga orang lain jadi ikut tergerak.
7. Disiplin Diri
Ada sebuah ungkapan yang sangat dalam maknanya dari Andrie Wongso, Motivator No.1 Indonesia, yang bunyinya; “Jika kita lunak di dalam, maka dunia luar akan keras kepada kita. Tapi jika kita keras di dalam, maka dunia luar akan lunak kepada kita”.
Kata-kata mutiara yang luar biasa ini menegaskan, bahwa jika kita mau bersikap keras pada diri sendiri, dalam arti menempa rasa disiplin dalam berbagai hal, maka banyak hal akan bisa kita kerjakan dengan baik. Sikap keras pada diri sendiri atau disiplin itulah yang umumnya membawa kesuksesan bagi karir para olahragawan dan pekerja profesional yang memang menuntut sikap disiplin dalam banyak hal.
Bayangkan, bagaimana seorang atlet bisa menjadi juara jika dia tidak disiplin berlatih? Bagaimana mungkin ada pekerja profesional yang bagus karirnya jika dia sering mangkir atau bolos kerja? Sebaliknya, jika kita terlalu lunak atau memanjakan diri sendiri, memelihara kemalasan, mentolerir kinerja buruk, tidak merasa bersalah jika lalai atau gagal dalam tugas, maka dunia luar akan sangat tidak bersahabat.
Olahragawan yang manja pasti tidak akan pernah jadi juara. Seorang sales yang malas tidak akan pernah besar penjualannya. Seorang konsultan yang menolerir kinerja buruk pasti ditinggalkan kliennya. Dan pekerja yang tidak disiplin pasti mudah jadi sasaran PHK. Jika kita lunak pada diri sendiri, maka dunia akan keras pada kita.
Sobat, yuuk berantas rasa malas yang pasti sering menyergap diri kita! Semoga tips di atas dapat membantu… 

Membangkitkan Semangat Berorganisasi


Kita sebagai remaja selalu ingin menjadi pusat perhatian. Sebab dengan menjadi pusat perhatian kebutuhan aktualisasi diri kita, serasa telah terpenuhi. Demikian pula jika kita berada di lingkungan sekolah. Sering kali kita berlomba-lomba dengan segala cara untuk menarik banyak perhatian, salah satunya dengan menjadi idola remaja sekolah.
Untuk menjadi idola remaja sekolah dapat dilakukan beberapa cara, seperti memiliki prestasi akademik terbaik, menjaga penampilan menjadi yang tertampan atau tercantik di sekolah, atau dengan aktif mengikuti kegiatan sekolah. Salah satu kegiatan sekolah yang banyak memberikan manfaat bagi kita adalah kegiatan ekstra kurikuler.
Di setiap sekolah biasanya terdapat ekstrakurikuler, yaitu organisasi-organisasi yang mewadahi kegiatan para siswa. Penting gak sih keberadaan organisasi-organisasi itu, mengingat aktifitas belajar kita saja sudah terasa melelahkan?

Organisasi eksrtrakurikuler ini tentu saja ada manfaatnya. Kalau mubazir, mungkin sekolah sudah menutup kegiatan-kegiatan itu. Salah satu manfaat eksrtrakurikuler adalah wadah kita berlatih berorganisasi. Berorganisasi itu perlu lho...

Sebut saja namanya Andi, lulus kuliah dengan nilai yang membanggakan. Dengan nilai itu, ia mudah diterima kerja. Tapi masalah mulai muncul. Andi agak gagap dengan struktur organisasi perusahaan. Andi juga tidak terbiasa dengan perdebatan di rapat-rapat kerja. Maklum, selama kuliah dan sekolah, Andi tidak pernah mengikuti organisasi apa pun.

Lain lagi ceritanya dengan Heri. Nilainya memang biasa saja. Mungkin Heri bukan profile yang bagus untuk menggambarkan seorang mahasiswa yang punya kemampuan membagi waktu antara belajar dengan berorganisasi. Ya, Heri seorang organisatoris di kampusnya. Tapi, pengalaman organisasinya membawa manfaat. Saat wawancara kerja, ia sudah terbiasa mengungkapkan pikiran dan pendapatnya secara verbal di depan umum. Wawancara berjalan lancar dan mengesankan. Di dunia kerja, ia tidak canggung menghadapi struktur organisasi dan rapat-rapat kerja. Dan saat ia diangkat menjadi supervisor, ia mampu memimpin bawahannya dengan baik.

Ilustrasi di atas memang tidak mewakili seluruh orang yang pernah berorganisasi atau pun tidak. Ada juga orang yang tetap luwes walau pun tidak ikut organisasi di sekolah/kuliahnya. Ada juga orang yang masih canggungan walau punya pengalaman berorganisasi. Tapi ilustrasi di atas bisa menjelaskan bagaimana manfaat berorganisasi.

Nah, apa saja manfaat dari berorganisasi?

1. Menyalurkan Minat dan Bakat

Kalau kamu hobi olahraga, tidak ada salahnya kamu ikut organisasi keolahragaan. Juga kalau kamu suka dan bercita-cita menjadi peneliti, kamu bisa coba masuk Kelompok Ilmiah Remaja. Kalau kamu suka dengan dunia kerelawanan, kamu bisa ikut Palang Merah Remaja. Atau kalau kamu suka dengan alam bebas, kamu bisa ikut organisasi pecinta alam. Semua organisasi ini mewadahi minat dan bakat kamu. Tentu saja minat dan bakat yang ditampung adalah minat dan bakat yang positif. Ayo, coba gali, adakah minat dan bakat kamu yang sesuai dengan organisasi eksrtrakurikuler di sekolah?

Dan jangan lupa, setiap orang punya bakat masuk menjadi orang yang baik. Setiap orang punya minat untuk masuk surga. Rohani Islam siap menampung minat dan bakat kamu itu. Apa pun organisasi yang kamu ikuti di sekolah, pastikan kamu juga ikut Rohis.

2. Ajang Bersosialisasi

Gaul bukan berarti kamu suka jalan-jalan ke mal, cafe, atau tempat nongkrong lain. Kamu aktif di organisasi, bertemu dengan teman-teman se-ide dan se-perjuangan, suka berkumpul dengan mereka mencurahkan gagasan-gagasan yang hebat, maka kamu adalah anak gaul yang sejati.

Karena manusia itu makhluk sosial, maka kita membutuhkan manusia yang lain. Di organisasi lah kita bisa menemukan manusia yang "kita butuhkan". Mungkin manusia itu adalah orang yang bisa menjadi teladan kita, mungkin manusia itu adalah tempat curhat kita, atau manusia itu tempat kita meminjam uang. Apa pun kebutuhan itu, kita butuh manusia lain.

Alangkah indahnya kalau kawan-kawan tempat kita bersosialisasi adalah orang-orang yang sholeh atau orang-orang yang punya semangat menimba ilmu keislaman, seperti di Rohis. “Seseorang dapat dinilai dari kadar agama temannya, oleh karena itu hendaknya salah satu dari kalian meneliti dahulu siapa yang akan ia jadikan teman.” (HR. al Hakim)

3. Belajar Menjadi Pemimpin, Bekerjasama, dan Tanggung Jawab

Dalam organisasi, ada pembagian tugas. Tugas itu bisa sebagai pemimpin, atau sebagai bawahan. Bila kita ditunjuk menjadi pemimpin - entah itu ketua umum atau ketua departemen, kita akan mendapat pengalaman belajar memimpin yang sangat berharga dalam organisasi eksrtrakurikuler. Kita belajar mengatur manusia yang punya watak berbeda-beda. Memadukan mereka dengan berbagai wataknya untuk mencapai tujuan. Sebuah seni tersendiri. Bila kita sebagai bawahan, maka kita bisa belajar patuh dan menunaikan tugas dengan benar. Apa pun posisi kita, kita belajar bertanggung jawab atas peran yang telah ditentukan untuk kita.

Organisasi tentu membutuhkan kerjasama yang kompak. Kita belajar bagaimana bekerjasama, mencurahkan ide, dan menjalankan keputusan musyawarah dalam organisasi. Bila kita selama ini hanya mengenal kerjasama pada saat ujian, cobalah belajar kerjasama yang baik dalam organisasi.

4. Merangsang Kreatifitas

Tiap organisasi punya tujuan. Untuk mencapai tujuan, dibutuhkan kreatifitas dari para anggotanya. Selain itu, tugas yang diberikan pada kita pun butuh kreatifitas untuk menuntaskannya. Dalam organisasi lah kita belajar kreatifitas yang benar, bukan kreatifitas buruk seperti melakukan manuver mencontek yang jitu saat ujian.

5. Belajar Memiliki Visi, Misi, dan Perencanaan

Visi Misi? Apakah kita akan menjadi caleg? Yah... masa depan orang hanya Allah swt yang tahu. Tapi visi misi itu bukan cuma janji gombal para caleg. Setiap orang perlu memiliki visi misi dan perencanaan dalam hidupnya. Pernah membaca novel Ayat-Ayat Cinta? Di situ diceritakan bahwa sang tokoh, Fahri, memiliki perencanaan yang matang dalam hidup dan perencanaan itu dipetakan dengan apik dan ditempel di dinding kamarnya. Coba lah memiliki perencanaan dalam hidup, siapa tahu bisa bertemu gadis kaya orang Jerman di KRL Jabotabek.

Saat organisasi akan melakukan penggantian pengurus, biasanya calon ketua akan ditanya apa visi misinya. Penting untuk mengetahui visi misi sang calon, karena dari situ akan diketahui kemana organisasi akan di bawa bila calon itu terpilih. Selain itu juga bisa mengukur kecerdasan si calon.

Visi adalah cara pandang jauh ke depan kemana organisasi harus dibawa agar dapat eksis, antisipatif dan inovatif. Misi adalah langkah-langkah untuk mencapai visi.

Begitulah manfaat positif dari berorganisasi. Ada berbagai manfaat lain yang akan pembaca rasakan sendiri.

Tapi ingat, untuk bisa aktif mengikuti seluruh kegiatan eskul di sekolah, kita harus pintar-pintar membagi waktu agar pelajaran sekolah tidak terganggu. Sebab, bisa-bisa eskul justru menjadi kambing hitam atau alasan untuk malas mengikuti kegiatan eskul akibat letih. Untuk bisa tetap aktif, paling tidak harus mampu menjaga kebugaran dan kesehatan tubuh sehingga segala aktifitas bisa dilakukan dengan baik. “Kita juga dapat melakukan setiap tanggung jawab yang diberikan baik di kelas, maupun di luar kelas seperti tanggungjawab berorganisasi. Jangan sekali-kali menyalagunakan organisasi khususnya untuk kepentingan pribadi.

Tips jitu untuk membagi waktu berorganisasi dan belajar:
1. Bagi waktu
Buat jadwal kegiatan rutin. Misalnya, pada jam sekolah usahakan waktu belajar tidak terganggu oleh kegiatan organisasi.\
2. Posisi menentukan
Cari posisi diorganisasi yang tidak terlalu berat tugasnya dan pastinya sesuai dengan bidangmu.
3. Optimis berorganisasi
Ingatkan dirimu, kalau organisasi itu bukannya tidak penting. Ingat! Dengan berorganisasi kamu bisa terlatih untuk bersosialisasi dengan orang lain.
4. Ilmu oke, skill Organisasi Oke
Tamat sekolah, pastinya kamu tidak akan canggung lagi terhadap dunia keorganisasian, Seperti ketika kamu melanjutkan ke perguruan tinggi.